Jakarta – Ayu Intan Maharani selalu memulai hari-harinya dengan percaya diri. Dipenuhi dengan semangat dan kebahagiaan, ia melakukan yang terbaik. Tidak sekadar asal bekerja. Gadis yang perfeksionis ini sekarang menjabat sebagai Senior Account Manager di PT Bank Central Asia, Tbk. Menjalani hidup dengan prinsip yang tak tergoyahkan: Kejujuran dan Kemandirian.
“Saya percaya kejujuran dan kemandirian adalah fondasi utama dalam menjalin relasi, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi,” ungkap Ayu dengan senyum lembut.
Prinsip ini bukan sekadar slogan bagi Ayu, tetapi merupakan keyakinan yang ia pegang erat. Terinspirasi dari filsuf Immanuel Kant yang dikaguminya, ia mempertanyakan : Mengapa tak pernah jujur?. Artinya kejujuran adalah segala-galanya.
“Seperti yang diungkap oleh Kant dalam Metafisika Moral, kejujuran adalah prinsip fundamental dari kewajiban moral. Kalaupun berbohong untuk alasan baik, tetap merusak dasar moral kita,” lanjutnya.
Ayu adalah contoh nyata dari seseorang yang tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai luhur, tapi juga menjalani setiap langkah hidup sesuai dengan etos tersebut. Sebagai lulusan terbaik dari Jurusan Manajemen Bisnis Internasional Universitas Trisakti, Jakarta, Ayu telah membuktikan kualitas diri. Salah satunya dengan meraih Juara 1 pada Stella Vagansa BCA Award 2023. Sebuah penghargaan bergengsi di lingkungan kerjanya.
Di balik prestasi gemilang itu, Ayu tetap menunjukkan kesederhanaan dan integritasnya. Dibesarkan dari trah keluarga Tionghoa dan Jawa, Ayu memadukan keanggunan dan ketegasan karakternya.
“Budaya keluarga membentukku menjadi orang yang kuat. Aku tidak ingin hidup bergantung pada warisan atau bantuan orang tua. Sejak awal, aku berjanji pada diri sendiri untuk mencari nafkah dan menjalani hidup dengan kemampuanku sendiri,” tegasnya.
Masa kecil di Yogyakarta sampai lulus di SMA Negeri 8 Yogyakarta telah membentuk karakter dengan budaya Jawa. Kesederhanaan, kearifan lokal dan kebijaksanaan hidup khas Yogyakarta tertanam kuat dalam dirinya.
“Aku belajar dari budaya dan kehidupan orang-orang Yogyakarta. Mereka punya cara hidup yang tenang, seperti air mengalir, senada dengan konsep Pantha Rei, dari Heraklitus, bahwa apa yang ada di dunia ini tidak ada yang kekal. Semua mengalir, dan segala sesuatu ada waktunya. Sesuai yang tertulis di Kitab Pengkhotbah,” ujar Ayu, dengan tatapan mata yang dalam, menunjukkan kedewasaan dalam berfikirnya.
Ayu menyeimbangkan hidup dengan olahraga dan kegiatan yang membantu menjaga keseimbangan mental dan fisiknya.
“Aku suka senam, bersepeda, bermain basket, bowling, dan berenang,” katanya sambil tertawa ringan. Olahraga, menurutnya merupakan salah satu cara melepaskan kepenatan dari pekerjaan rutin sehari hari.
Di balik ketegasan, Ayu memiliki sisi lembut. Tercermin dari kecintaannya pada seni dan budaya. Ia menyukai lagu Jawa berjudul “Lamunan” karya Wahyu F. Giri.
“Lagu itu membangkitkan kasih sayang dan kedamaian dalam diri. Aku merasa terhubung dengan budaya yang mengajarkanku ketenangan sekaligus cinta kasih,” tuturnya yang terhanyut lagu berbahasa Jawa.
Dia bukanlah gadis yang hanya bicara. Nilai hidup yang diyakini bersumber pada kejujuran dan kemandirian, dilakukan dalam kehidupan hari lepas hari, sehingga ia menjadi inspirasi bagi banyak orang. Seorang gadis berparas cantik, berkulit putih, berjiwa lembut, hidup setia pada moral dan kemandirian. Itulah Ayu Intan Maharani. (Sugeng ph)